CintaMu membuat samudera bergejolak dalam gemuruh badai. Awan menjatuhkan mutiara ke hadapan kaki-Mu. Tiang asap hitam mencuat ke langit: api bernyala meraksasa. Ketika kilat cinta-Mu menghujam ke bumi. (Rumi: Rubaiyat, F#523) Penerjemah: Zara Houshmand, ngrumi. Engkau adalah Jalan Cinta. Engkau adalah Jalan Cinta, dan di ujung sana tampak rumahku.
Dalam setiap agama ada cinta, namun cinta tidak memiliki agama." - RUMI. Forum ; TV ; ROMANTIS JALALUDIN RUMI TS ayisa77 . Kemarin 22:37 . Newbie Posts: 12. Lapor Hansip. ROMANTIS JALALUDIN RUMI Melawan Arus atau Berdamai dengan Keadaan. Heart to Heart. SARANG WALET. Stories from the Heart.
Dalamtulisan ini pula saya hanyalah sebagai pengantar saja tentang apa yang saya pahami walaupun yang harus diperhatikan, saya sama sekali jauh dari dzauqiyah yang dicitakan dalam tasawuf itu. Apalagi dari ajaran Jalaluddin Rumi dan Fana. Sebagaimana mafhum dalam dunia tasawuf, ajaran fana' melahirkan pemahaman yang ekstrim dikemudian hari.
46kata kata ikhlas Dengan Cinta Oleh karena itu, tatkala kita sedang mempunyai harapan/cita-cita tertentu. Maka kita mesti mempunyai sikap ikhlas dan tulus diawal.Lalu minta kepada Allah SWT dengan doa. Baru setelah itu bekerja keras, bekerja cerdas dan bekerja secara optimal. Yakinkan diri bahwa, apa yang sedang diusahakan ini pada jadinya bila tercapai maka itu semua sebab keinginanAllah.
Puisipuisi rumi di atas diterjemahkan pertama kali ke dalam bahasa indonesia oleh ahmad yulden erwin pada 21 juli 2009. Puisi jalaludin rumi cinta dalam diam . Bagi rumi cinta melebihi semua dogma agama cinta hadir untuk memeluk keseluruhan ciptaan cinta adalah hakekat agama yang mempersatukan seluruh umat manusia di dalam cahaya keilahian.
Hz3ZrL. Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas. Jalaluddin Rumi dan Rabiatul Adawiyah adalah dua tokoh spiritual yang hidup pada periode yang berbeda dalam sejarah Islam. Meskipun keduanya mengemukakan pemikiran tentang mahabbah cinta, terdapat perbedaan dalam pendekatan dan pemahaman Rumi adalah seorang sufi Persia yang hidup pada abad ke-13. Ia merupakan pendiri tarekat Mevlevi, yang dikenal sebagai tarekat "Tariqa Mawlawiyya". Pemikiran Rumi sangat dipengaruhi oleh ajaran sufisme dan pengalaman mistis pribadinya. Ia dikenal karena puisi-puisi mistisnya yang indah, terutama dalam karyanya yang terkenal, "Matsnawi" dan "Divan-e-Hafiz". Rumi melihat cinta mahabbah sebagai kekuatan universal yang melampaui batasan-batasan konvensional. Bagi Rumi, mahabbah adalah ikatan batin yang menghubungkan manusia dengan Tuhan dan juga dengan sesama manusia. Ia memandang cinta sebagai jalan menuju pencapaian kesatuan dengan Yang Maha Esa. Pemikiran Rumi tentang mahabbah menekankan pentingnya kasih sayang, toleransi, dan pengampunan. Ia mengajarkan bahwa cinta yang sejati adalah cinta yang melampaui perbedaan dan memperluas batas-batas ego individu. Dalam pandangan Rumi, mahabbah adalah sumber inspirasi yang memungkinkan manusia untuk mengatasi diri mereka sendiri dan mencapai kesadaran spiritual yang lebih Rabiatul Adawiyah adalah seorang sufi wanita yang hidup pada abad ke-8 di Irak. Ia merupakan salah satu tokoh perempuan paling terkenal dalam sejarah Islam. Pemikiran Rabiah juga dipengaruhi oleh ajaran sufisme, tetapi pendekatannya terhadap mahabbah memiliki perbedaan dengan Adawiyah melihat cinta mahabbah sebagai hubungan yang eksklusif antara hamba dan Tuhannya. Bagi Rabiah, cinta kepada Tuhan adalah inti dari keberadaan manusia, dan mencapai kesatuan dengan Tuhan adalah tujuan utama kehidupan. Ia mengajarkan bahwa mahabbah yang sejati adalah cinta yang tulus dan murni, tanpa memperhatikan pahala atau Rabia terhadap mahabbah lebih kontemplatif dan menekankan pentingnya relasi pribadi dengan Tuhan. Ia menekankan perasaan keintiman, kerinduan, dan kesetiaan dalam cinta kepada Tuhan. Pemikiran Rabia sering diungkapkan dalam puisi-puisi singkat dan doa-doa yang mencerminkan kecintaannya yang mendalam kepada Tuhan. Dalam perbandingan antara pemikiran Rumi dan Rabiah tentang mahabbah, dapat disimpulkan bahwa keduanya menganggap cinta sebagai kekuatan yang kuat dan transformasional. Namun, Rumi cenderung lebih menekankan aspek universal dan sosial dari cinta, sementara Rabia lebih fokus pada dimensi mistis dan individual dalam hubungan dengan Tuhan. Lihat Filsafat Selengkapnya
JAKARTA – Puisi adalah salah satu sarana yang bisa digunakan para sufi dalam mengungkapkan keadaan dan rasa cinta mereka. Salah satu sufi yang lekat dengan puisi adalah Jalaluddin Rumi, seorang penyair cinta paling menonjol dalam khazanah sufi Persia. Rumi bersyair tidak sekadar karena meyenangi puisi, tapi karena menganggap bahwa puisi adalah sarana yang paling tepat untuk mengungkapkan hakikat realitas-realitas mereka secara sentimental. Dalam puisi-puisinya, Rumi pun mengungkap tentang cinta. Dalam tasawuf, konsep cinta atau mahabbah lebih dimaksudkan sebagai bentuk cinta kepada Tuhan dan telah banyak para sufi yang mengungkap kecintaan seperti itu, begitu juga dengan Rumi yang mengungkapkan dalam bentuk puisi. Nama lengkapnya Jalaluddin Muhammad ibn Muhammad al-Balkhi al-Qunuwi, lahir pada 604 Hijriyah atau 30 September 1207 Masehi di Balkh, yang pada saat itu masuk dalam wilayah kerajaan Khawarizm, Persia Utara, Sekarang Afghanistan. Dia digelari al-Rumi karena dinisbatkan pada kawasan Rum Roma, kini kota Konya, Turki, tempat dia melewatkan sebagian besar kehidupannya. Rumi meninggal pada sore hari di saat langit berubah warna menjadi merah tembaga, tepatnya pada 17 Desember 1273. Sesaat sebelum meninggal, terjadi gempa kecil, dibarengi dengan suara seperti perut lapar. “Bersabarlah, bumi yang bangka!” teriak Rumi, “Sebentar lagi akan kau dapat manisanmu!”. Selama hidupnya, Rumi menulis beberapa karya, yang di antaranya berjudul Diwan, Masnawi-i-Ma’nawi, Rubai’iya, Fihi Ma Fihi, Makatib, dan Majalis-i-Sab’ah. Satu hal yang menjadi salah satu perhatian penulis adalah tentang konsep cinta Rumi. Satu hal yang perlu dikhawatirkan dalam menyingkap konsep cinta Rumi adalah terjadinya pendangkalan dalam ajaran Rumi. Karena, sesungguhnya “cinta” yang disuarakan Rumi sangat jauh melampaui cinta yang dituturkan kisah-kisah cinta di dunia ini. Bagi Rumi cinta adalah cinta sebuah sifat ilahiyah dalam diri manusia yang tidak perlu didefinisikan, namun dialami. Rumi dalam mendasarkan cintanya pada proses panjang dengan melihat alam sebagai perwujudan cinta. Alam dijadikan sebuah media untuk mengenal Allah. Karena tanpa alam, akan sulit untuk mengenal Allah. Bagi Rumi, cinta adalah segala-galanya. Alam semesta ini adalah alam cinta. Apa yang terjadi dalam proses kehidupan ini adalah muncul dari cinta. Demikian pula proses alam yang lain. Melalui cinta dan kasih, alam ini berproses secara teratur dan berevolusi secara kreatif, matahari menyinari bumi, malam menggantikan siang, benih tumbuh menjadi tanaman, tanaman berbunga, berbuah dan begitu seterusnya, karena cinta adalah lautan yang tak bertepi. Dengan cinta, kehidupan ini terus berevolusi secara kreatif menuju kehidupan yang semakin baik dan sempurna. Dengan begitu, Rumi menganggap cinta sebagai kekuatan kreatif paling mendasar, yang menyusup ke dalam setiap makhluk dan menghidupkan mereka. BACA JUGA Update Berita-Berita Politik Perspektif Klik di Sini
JAKARTA – Jalaluddin Rumi merupakan maestro dalam puisi-puisnya yang menggambarkan tentang cinta terhadap Sang Khaliq dan baginda Rasulullah, Muhammad SAW. Rumi dalam mendasarkan cintanya pada proses panjang dengan melihat alam sebagai perwujudan cinta. Alam dijadikan sebuah media untuk mengenal Allah. Karena tanpa alam, akan sulit untuk mengenal Allah. Bagi Rumi, cinta adalah segala-galanya. Alam semesta ini adalah alam cinta. Apa yang terjadi dalam proses kehidupan ini adalah muncul dari cinta. Demikian pula proses alam yang lain. Rumi juga membagi cinta mahabbah ke dalam dua bagian. Tetapi Rumi berangkat dari sudut pandang yang berbeda dari sufi lainnya, yaitu Rumi melihat dari penampakan dan penempatan cinta itu sendiri. Dari segi panampakan, cinta tumbuh ketika Tuhan sebagai wujud menampakkan kecantikan-Nya kepada alam, yang pada saat itu masih berupa realitas potensial. Rumi melihat bahwa penampakan inilah yang menjadi sebab ia jatuh cinta kepada Tuhan. Sedangkan penempatan cinta menurut Rumi adalah bahwa cinta tidak hanya dimiliki manusia atau makhluk hidup lainnya saja, tetapi juga dimiliki alam semesta, atau disebut dengan Cinta Semesta atau Cinta Universal. Dalam pandangan Rumi, Tuhan adalah pencipta semesta yang menciptakannya dari ketidakmaujudan. Namun demikian, ketidakmaujudan itu bukanlah ketiadaan murni. Akan tetapi ketidakmaujudan mengandung kenyataan dan potensial yang aktualisasinya menjadi kemaujudan eksistensi bergantung sepenuhnya pada kemurahan Tuhan barakah. Tentang bagaimana semesta ini diciptakan, Rumi berkeyakinan bahwa penciptaan adalah manifestasi diri Tuhan izhar. Untuk mendukung pandangan ini, Rumi layaknya sufi lainnya, mengutip hadits qudsi terkenal yang mengatakan bahwa Tuhan adalah kekayaan tersembunyi; Dia menciptakan dunia ini agar bisa dikenali. Sekarang mari kita lihat bagaimana semesta dihubungkan Rumi dengan cinta. Seperti telah kita lihat, hal pertama yang diciptakan Tuhan adalah cinta, prioritas cinta ketimbang makhluk yang lain terbukti karena cintalah yang memotivasi Tuhan untuk menciptakan semesta. Dengan begitu, Rumi menganggap cinta sebagai kekuatan kreatif paling dasariah, yang menyusup ke dalam setiap makhluk dan menghidupkan mereka. Dan akhirnya seperti kata Rumi, “Bila cinta Tuhan menyala dalam hatimu, tentu Tuhan telah mencintaimu.” Wallahu a’lam bis-shawab, hanya Allah yang lebih mengetahui kebenaran yang sesungguhnya. BACA JUGA Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Klik di Sini
puisi jalaludin rumi cinta dalam ketiadaan